Rabu, 25 Januari 2012

Membentuk Karakter dan Kemerdekaan

MEMBENTUK KARAKTER DAN KEMERDEKAAN

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Gambaran manusia yang hendak dicapai adalah manusia yang berkarakter, bermoral, sebagai insan dan berguna bagi manusia lain. Namun, pada kenyataannya proses memanusiakan manusia ini masih belum terwujud karena ketimpangan dalam proses akibat kesalahan sistem yang diterapkan. Akhirnya terjadi ketimpangan dalam proses pendidikan yang menghasilkan proses sosialisasi yang tidak sempurna.

Sistem pendidikan di negara berkembang, termasuk di negeri kita sendiri masih sangat bersifat konsumtif dan udaptif dengan negara maju. Pada negara berkembang seperti Indonesia, saat ini semua masyarakat tanpa memandang kelas maupun jabatan menganggap seakan semua yang ada di negara maju harus diikuti dan diterapkan di negara kita agar kita mampu bertahan, begitu pun sistem pen¬didikan. Akhirnya semua sistem lebih mengedepankan perkembangan teknologi dan kecerdasan intelektual tanpa mengedepankan potensi manusia secara keseluruhan. Alhasil, output dari sistem itu memunculkan manusia yang serakah, dan mengikuti gaya hidup yang hedonis dan serba instan.

Ketika hal ini terjadi, di tengah globalisasi yang sedang berkembang, kita akan mengingat kembali teori seleksi alam Darwin bahwa hanya yang dapat beradaptasi dan yang menguasai lingkunganlah yang akan tetap eksis di dunia. Yang menjadi persoalan, ada ketimpangan antara negara berkem¬bang dan negara maju. Ketimpangan ini hingga kini belum bias ditemukan titik terang solusinya.


Apakah sebuah negara akan bertahan tanpa sebuah identitas yang kuat? Sistem pendidikan kita yang seharusnya membuat suatu proses humanisasi pada kenyataanya terhenti menjadi proses akademisasi yang hanya mengejar standar nilai dan teknologi saja. Pendidikan sebagai proses humanisasi itu tergambar dalam tiga gagasan menurut  Ki Hajar Dewantara yaitu di depan menjadi teladan, di tengah membangun dan di belakang memberi dukungan. Intisari dan tafsir atas tiga konsep ini kini telah diabaikan.

Ini sebuah masalah yang hingga kini belum terjawab. Faktor pentingnya adalah gaya hidup kita yang akomodatif terhadap negara maju dan yang berkuasa adalah yang menentukan kebijakan dan proses. Pendidikan kita masih disetir oleh orang-orang tertentu yang belum tergerak mewujudkan esensi pendidikan yang sebenarnya, tapi masih membawa idealisme pribadi masing-masing.

Saat ini Indonesia dan sistem pendidikan kita sedang memasuki tahap awal dari titik terang. Sistem kurikulum pendidikan karakter yang diterapkan dengan memasukan nilai kemanusiaan pada setiap mata pelajaran mungkin dapat menjadi solusi dari masalah pendidikan kita. Pendidikan karakter yang konsekuen akan menjadi titik terang di tengah model dan sistem pendidikan kita yang sedang gencar membangun prestasi akademik dan teknologi, tetapi lambat launmeninggalkan karakter bangsa dan citra diri negara kita.


Makna Hakiki

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetuhuan, perasaan dan tindakan. Dengan pen¬didikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan. Seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Pendidikan karakter ini diterapkan dan dimasukkan dalam rencana pembelajaran yang disusun oleh setiap guru dan semua mata pelajaran agar penekanan karakter dapat terbangun di setiap proses pembelajaran, Dalam hal ini tentunya guru harus sa¬ngat memahami bagaimana agar tujuan pendidikan karakter ini dapat terealisasi dengan baik.

Kemerdekaan adalah kebebasan berkreativitas, berkarya dan berpendapat bagi rakyat. Tidak ada lagi pengharusan yang menindas dan memaksa. Yang harus dikembangkan adalah memberi arahan dan motivasi dan membuat se¬seorang dapat mengembangkan potensinya dengan bebas.

Dengan menerapkain dan membentuk karakter pada tiap mata pelajaran, seperti tanggung jawab, mandiri, cinta tanah air, inovatif, kreatif, toleransi, religius dan lain sebagainya, setiap hari kepada siswa, para siswa akan terbiasa dan nilai-nilai karakler tersebut lambat laun terintenalisasi.

Selain proses memanusiakan manusia, pendidikan juga sebuah proses pembudayaan. Masyarakat harus membentuk identitasnya sendiri. Kita harus mempertahankan apa yang telah kita miliki.

Kini, para pendidik maupun calon pendidik harus bersiap-siap menjadi pendidik yang cerdas dan berkarakter untuk menjadi teladan anak didik. Calon pendidik dan para pendidik harus berusaha mengembangkan kemampuan afektif dan kognitif siswa serta memberikan ruang bagi siswa untuk mengaktualisaikan diri dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.

Harapannya agar mereka dapat memiliki motivasi mengembangkan diri yang baik dan hubungan interpersonal yang baik. Hasilnya, siswa akan mempunyai karakter yang baik dan berguna dalam ke¬hidupan umum, menjadi manusia yang seutuhnya sehingga mencapai tataran memanusiakan manu¬sia. Membentuk karakter bangsa adalah menciptakan sebuah ke merdekaan yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar